عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه مرفوعاً: «إنَّ الشيطانَ قال: وعِزَّتِك يا رب، لا أَبرحُ أُغوي عبادَك ما دامت أرواحُهم في أجسادهم، قال الربُّ: وعِزَّتي وجَلالي لا أزال أغفرُ لهم ما استغفروني». [حسن] - [رواه الإمام أحمد]
🌤️ Ketika Hidup Terasa Gelap, Masih Adakah Cahaya Itu?
Ada masa dalam hidup… kita merasa semua sudah terlambat. Terlambat untuk berubah. Terlambat untuk dimaafkan. Terlambat untuk memulai kembali.
Kita tenggelam dalam masa lalu yang menggelapkan hati. Dalam kesalahan yang terus menghantui pikiran. Dan dalam rasa bersalah yang diam-diam mematahkan harapan.
Tapi tadzkirah ini, yang disampaikan dari balik dinding penjara, justru menyampaikan satu hal penting yang sering kita lupakan:
Bahwa pintu rahmat Allah tak pernah tertutup, bahkan saat seluruh dunia menutup pintunya.
Ini bukan tadzkirah untuk menghakimi. Ini adalah cerita tentang manusia yang jatuh, lalu mencoba berdiri — walau perlahan, walau terluka. Tentang harapan yang tumbuh dari rasa hancur. Tentang dosa yang berat… tapi ampunan Allah yang jauh lebih luas.
Entah kamu sedang di luar atau di dalam jeruji, sedang terikat oleh masa lalu, atau dihantui rasa kecewa pada diri sendiri — tadzkirah ini adalah suara yang bisa jadi sedang kamu tunggu.
Dengarkan. Renungkan. Mungkin inilah awal cahaya itu kembali
menyentuh hatimu.
📌 Ringkasan Lengkap Tadzkirah
🌤️ 1.
Pintu Penjara Sempit, Tapi Pintu Taubat Allah Sangat Luas
-
Penjara adalah ruang yang sempit, tapi pintu rahmat dan taubat Allah terbuka di mana saja — bahkan di tempat yang tertutup sekalipun.
-
Nabi ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba, selama belum sampai ruhnya ke tenggorokan." (HR. Tirmidzi)
🕊️ 2. Siapa Saja Bisa Berubah, Siapa Saja Bisa Diuji
-
Di penjara ada orang yang bersalah, ada yang tidak. Ada yang benar-benar menyesal, ada yang sedang mencari jalan pulang.
-
Bahkan Nabi Yusuf AS pernah memilih masuk penjara untuk menjaga kehormatan dan imannya (QS. Yusuf: 33).
📚 3. Penjara Bukan Akhir — Bisa Jadi Awal Perubahan
-
Banyak ulama besar pernah dipenjara, seperti Buya Hamka, yang justru menulis tafsir Al-Azhar di balik jeruji.
-
Dalam keterbatasan, seseorang bisa menemukan kembali makna hidup dan nilai dirinya di sisi Allah.